Keramat Bencongan yang misterius

Rasa penasaran saya sebagai seorang awam yang memiliki jiwa jurnalis akhirnya terbayar tuntas dengan banyaknya informasi yang berasal dari nara sumber terpercaya mengenai Keramat Bencongan yang misterius dan berada tidak jauh dari lokasi Lippo super mall Karawaci Tangerang Banten. Silahkan simak reportase singkat kami dengan Bapak Haji Sya’if dan Abah Sarman sebagai pengelola makam keramat Bencongan, mereka merupakan tokoh sejarah yang mengetahui kejadian di sekitar wilayah Karawaci dan Tangerang pada masa lampu. (Catatan: Bapak Haji Sya’if merupakan saksi sejarah yang mengetahui keberadaan makam keramat Bencongan mulai dari jaman Kolonialisme Belanda, Jepang dan Kemerdekaan Republik Indonesia, beliau berumur lebih dari seratus tahun dan masih mampu menuturkan sejarah disekitar makam dengan sangat detail, sedangkan Abah Sarman seumur dengan Bapak Haji Sya’if namun beliau lebih banyak mengembara ke berbagai daerah dikarenakan Abah Sarman adalah seorang “jawara” pada masa kolonial Belanda)

Menurut cerita yang dituturkan oleh Bapak haji Sya’if, saat beliau kecil Karawaci saat itu masih berupa hutan dan perkebunan palawija yang di kelola warga desa sebagai mata pencaharian untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari hari. Ayah haji Sya’if adalah seorang petani asli warga desa Karawaci dan berasal dari suku Sunda yang menggarap lahan disekitar pinggir hutan desa yang sekarang menjadi nama Bencongan. (Catatan: Nama desa Bencongan di populerkan oleh bupati Tangerang R. Achyad Penna tahun 1950 dengan mengambil nama pengelola perkebunan karet (Ruber Ondernaming) jaman kolonial Belanda yang sangat darmawan yaitu Pa’ Ben cong an).

Hal ini mengundang rasa penasaran dari Ayah haji Sya’if dan mengajak beberapa warga desa untuk melihat apa yang menyebabkan halaman sekitar pohon beringin itu selalu bersih serta burung atau hewan liar yang melintasinya selalu jatuh. Setelah diadakan ritual untuk memulai penyelidikan keberadaan beringin itu, maka terkuaklah misteri yang menjadi cerita warga karawaci dan sekitarnya yakni adanya satu makam kuno yang di tutupi oleh akar-akar beringin. Tentang siapa yang dimakamkan ini pun belum terjawab karena tidak ada satupun nisan penanda keberadaan jenazah, hanya sebuah batu cungkup tanpa keterangan.

Hasil penemuan makam ini kemudian dilaporkan oleh warga ke majelis ulama yang berada di governemen Curug, kemudian atas kesepakatan para tokoh ulama Curug maka di tandailah makam kuno itu dengan menggunakan persyaratan ritual yakni batu nisannya di ambil dari hulu sungai Cisadane serta air hulu sungainya untuk disiramkan kan kesekitar makam agar “aura” proteksi yang membahayakan menjadi netral/aman bagi lingkungan sekitar. Prosesi ritual pengambilan air dan batu nisan saat itu dilakukan dengan berjalan kaki dari hulu sungai Cisadane yang berada di lereng gunung Salak sampai ke Karawaci Tangerang.

Saat itu sekitar tahun 1850 banyak warga Tangerang, Bogor dan Banten mengunjungi makam keramat ini hanya sekedar menyaksikan satu “keajaiban” adanya kuburan yang di tembus oleh akar akar beringin. Dan saat itu pula banyak orang yang meminta “Berkah” dari makam kuno ini walau para ulama melarang para peziarah untuk tidak “meminta” pada kuburan, namun karena tradisi itu sudah membudaya maka mulailah di kelola secara arif oleh warga sekitar yang di koordinasi oleh ayah Haji Sya’if sebagai penemu awal makam keramat ini.

Nama keramat Bencongan menjadi terkenal sekitar tahun 1960’an saat terjadi pergolakan politik di tanah air, banyak tokoh politik lokal (Tangerang dan sekitarnya) baik yang ber paham nasionalis maupun komunis berdatangan mencari berkah dan keselamatan di kuburan ini. 

Dari sinilah kabar tentang ke beradaan makam menjadi cerita dari mulut ke mulut hingga hampir sebagian masyarakat di pulau jawa terutama etnis tionghoa datang dan ber ziarah untuk berdoa dan meminta berkah.

Tahun 1972 nama makam di desa Bencongan Karawaci Tangerang dirubah menjadi “Syech Waliyudin Pa. Bencongan” atas iniatif para sesepuh ulama Banten. Nama Syech Waliyudin artinya Wali agama Islam dan Pa.Bencongan adalah nama penghormatan untuk kepala perkebunan karet Belanda di Karawaci yang masih turunan etnis Tionghoa. (catatan: Saat ini makam keramat Bencongan masuk kedalam desa Bencongan, kecamatan Kelapadua Kabupaten Tangerang, Banten) 

Terlepas dari pro dan kontra mengenai eksistensi makam keramat ini, maka kita harus lebih bijak melihatnya dari sisi sejarah. Karena seperti pesan Bapak Haji Sya’if yang saya terima bahwa kelak anak cucu kita akan masih mengenang kejadian yang telah lalu dengan adanya bukti peninggalan sejarah yang terawat dan nyata, bukan dongeng sebelum tidur.

Ctznews report

Sumber: http://ctznews.net/wp/2015/01/nasional/sosial-budaya/keramat-bencongan-yang-masih-misterius/